JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Minggu (13/1/2013), menginformasikan, suhu muka laut menghangat di Laut Arafura dan Samudra Pasifik sebelah timur Filipina. Hal ini memicu kembali siklon tropis yang menimbulkan gangguan cuaca di Indonesia.
Pumpunan angin terjadi memanjang dari Sumatera bagian selatan hingga Laut Banda. Ini menyebabkan peningkatan aktivitas pertumbuhan awan hujan pada pekan ini di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, wilayah Jawa, serta Kalimantan bagian utara, barat, dan selatan.
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan dan tengah, Maluku, Maluku Tenggara, serta Papua juga berpotensi mengalami gangguan cuaca berupa hujan lebat dan angin kencang.
”Terpicunya potensi badai di utara khatulistiwa, yakni di perairan timur Filipina, kini dipengaruhi kuatnya angin pasat dari tenggara atau perairan Pasifik timur Australia,” kata Zadrach Leudofij Dupe dari Departemen Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Zadrach mengatakan, kuatnya angin pasat dari tenggara membawa suhu hangat. Saat ini suhu perairan Samudra Pasifik sebelah timur Australia meningkat karena pengaruh posisi matahari di selatan khatulistiwa.
Dampaknya, di Negara Bagian Tasmania, Australia, tercatat rekor suhu tertinggi mencapai 41 derajat celsius sejak pencatatan dilakukan pada 1880-an.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memantau perkembangan kondisi tekanan rendah di perairan Arafura dan timur Filipina. Menurut Kepala Pusat Meteorologi BMKG Mulyono Prabowo, peluang terjadinya siklon tropis pada Januari masih satu kali.
Sementara itu, siklon tropis Narelle masih berlangsung di Samudra Hindia, 1.900 kilometer barat daya Denpasar, Bali. Dalam 72 jam ke depan diperkirakan siklon terus melemah dan akan meluruh ketika memasuki daratan Australia barat.
Menurut BMKG, siklon Narelle masih berdampak pada tingginya gelombang laut. Gelombang setinggi 3-4 meter berpeluang terjadi di perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Jawa sampai Nusa Tenggara, perairan selatan Pulau Sumba, perairan Pulau Sawu, Pulau Rote sampai Kupang, dan Laut Timor. Gelombang setinggi 4-5 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Bantuan untuk nelayan
Pekan lalu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengizinkan penggunaan cadangan beras pemerintah di Bulog untuk mengatasi kesusahan nelayan saat musim buruk ini agar tak menimbulkan kerawanan sosial.
”Dinas kelautan ataupun dinas sosial di daerah agar memonitor kampung-kampung nelayan. Lakukan tanggap darurat bagi nelayan yang tidak bisa melaut. Kalau ada nelayan tak bisa melaut dua hingga tiga hari, bisa dibantu dengan cadangan beras di Bulog,” ujarnya, di Jakarta.
Cuaca buruk mengganggu kehidupan nelayan yang mata pencariannya bergantung pada laut. Agung mengatakan, laporan BMKG menunjukkan, selama sepekan mendatang terjadi gelombang tinggi dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia. ”Pergunakan informasi BMKG secara baik. Kalau ada gelombang tinggi, jangan izinkan nelayan berlayar. Berbahaya,” ungkapnya. ”Kita memasuki bulan yang penuh ancaman bencana. Saya ingatkan gubernur, bupati, dan wali kota untuk mengerahkan sumber daya guna menolong korban bencana alam.” Seperti diinformasikan, puncak musim hujan adalah Januari-Februari.
Abdul Halim dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan menghargai upaya bantuan beras bagi nelayan yang tidak bisa melaut. ”Namun, sangat disayangkan jika kewajiban pemerintah hanya sebatas cadangan beras bencana,” katanya.
Seharusnya, menurut Abdul, nelayan bisa diberi pelatihan keterampilan bekerja selain melaut sehingga bisa dimanfaatkan untuk mencari nafkah saat cuaca buruk. Bukan membuat mereka berpangku tangan dengan bantuan beras. (NAW/ICH)